Profil Desa Sekarteja

Ketahui informasi secara rinci Desa Sekarteja mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Sekarteja

Tentang Kami

Profil Desa Sekarteja, Adimulyo, Kebumen. Mengupas tuntas perannya sebagai sentra kerajinan anyaman bambu (tampah, besek), yang menjadi pilar ekonomi kreatif, berpadu dengan sektor pertanian, lengkap dengan data demografi dan potensi pengembangannya.

  • Sentra Kerajinan Anyaman Bambu

    Ekonomi desa secara signifikan ditopang oleh industri rumahan pembuatan aneka perabot dari anyaman bambu, seperti tampah, besek, dan kukusan, yang dikerjakan oleh ratusan pengrajin.

  • Keterampilan Lintas Generasi

    Keahlian menganyam bambu merupakan warisan budaya tak benda yang diwariskan secara turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan kehidupan sosial masyarakat desa.

  • Sinergi Pertanian dan Kerajinan

    Masyarakatnya secara harmonis menyeimbangkan antara pekerjaan sebagai petani di sawah dan pengrajin di rumah, di mana bambu sebagai bahan baku utama tumbuh subur di lingkungan agraris desa.

XM Broker

Menyandang nama seindah `Sekarteja` atau Bunga Cahaya, Desa Sekarteja di Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, memancarkan pesonanya bukan dari kelopak bunga, melainkan dari jari-jemari terampil warganya yang mengolah bambu menjadi karya fungsional yang tak lekang oleh waktu. Desa ini merupakan sebuah episentrum kerajinan anyaman bambu yang hidup dan bernapas, di mana tradisi dan ekonomi menyatu dalam setiap helai bilah yang dirangkai. Berdiri di tengah lanskap agraris yang subur, Sekarteja membuktikan bahwa sumber kemakmuran dapat tumbuh dari rumpun bambu di pekarangan rumah.

Filosofi Nama dan Kondisi Geografis

Nama "Sekarteja" yang puitis memberikan jiwa bagi desa ini. "Sekar" berarti bunga dan "Teja" berarti cahaya atau sinar. Secara filosofis, nama ini dapat diinterpretasikan sebagai harapan agar desa ini senantiasa memancarkan keindahan dan kreativitas yang cemerlang. Filosofi ini seolah terwujud dalam produk-produk kerajinan bambu yang, meskipun sederhana, merupakan buah dari kreativitas dan ketekunan yang bernilai tinggi.Secara geografis, Desa Sekarteja terletak di wilayah pedalaman Kecamatan Adimulyo. Luas wilayahnya tercatat sekitar 125 hektar, yang sebagian besarnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian sawah dan pekarangan yang banyak ditumbuhi rumpun bambu. Berdasarkan data kependudukan terbaru per Agustus 2025, desa ini dihuni oleh 3.118 jiwa. Dengan luasan tersebut, tingkat kepadatan penduduknya mencapai 2.494 jiwa per kilometer persegi.Wilayah Desa Sekarteja berbatasan dengan beberapa desa di sekitarnya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Caruban. Batas wilayah di sebelah selatan ialah Desa Kemujan. Sementara itu, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Sidomukti, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Wajasari.

Tata Kelola Pemerintahan dan Pemberdayaan Pengrajin

Pemerintah Desa Sekarteja, yang terdiri dari Kepala Desa, perangkat desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), menjalankan roda pemerintahan dengan fokus pada penguatan potensi lokal yang unik. Menyadari bahwa kerajinan anyaman bambu adalah denyut nadi ekonomi desa, berbagai program pembangunan diarahkan untuk mendukung keberlanjutan industri ini.Kebijakan pemerintah desa berorientasi pada pemberdayaan para pengrajin. Upaya ini mencakup fasilitasi pembentukan kelompok usaha bersama (kube) untuk memudahkan koordinasi dan meningkatkan posisi tawar, menghubungkan para pengrajin dengan lembaga pelatihan untuk inovasi desain, serta membuka akses ke pasar yang lebih luas melalui pameran atau platform digital. Pembangunan infrastruktur seperti perbaikan jalan juga secara tidak langsung mendukung kelancaran distribusi produk kerajinan ke berbagai daerah.

Ekonomi Desa: Anyaman Bambu sebagai Nadi Kehidupan

Meskipun sektor pertanian, khususnya padi, tetap menjadi bagian penting dari lanskap ekonomi Desa Sekarteja, namun yang menjadi pembeda dan motor penggerak utama ialah industri kerajinan anyaman bambu. Kegiatan ini telah menjadi mata pencaharian utama atau sampingan bagi sebagian besar keluarga di desa ini.Proses produksi berjalan dalam sebuah rantai nilai yang terintegrasi di tingkat desa. Dimulai dari penebangan bambu jenis apus atau wulung dari kebun-kebun lokal, kemudian bambu tersebut diolah menjadi bilah-bilah tipis yang siap dianyam. Jari-jemari para pengrajin, baik laki-laki maupun perempuan, dengan cekatan merangkai bilah-bilah tersebut menjadi berbagai produk fungsional.Produk yang dihasilkan sangat beragam dan memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat agraris Jawa. Beberapa produk unggulan antara lain tampah (nampan bambu bundar untuk menampi beras), besek (wadah berbentuk kotak untuk makanan), kukusan atau aseupan (alat untuk menanak nasi atau mengukus makanan), tenggok (keranjang punggung), hingga caping (topi petani). Setiap produk dibuat dengan ketelitian tinggi, memastikan kekuatan dan daya tahan.

Warisan Budaya dalam Setiap Anyaman

Lebih dari sekadar aktivitas ekonomi, menganyam bambu di Desa Sekarteja ialah sebuah praktik budaya yang hidup. Keahlian ini tidak dipelajari melalui pendidikan formal, melainkan diwariskan secara lisan dan praktik dari orang tua kepada anak-anak mereka. Sejak usia muda, anak-anak sudah terbiasa melihat orang tua mereka menganyam, dan secara bertahap mereka akan belajar dan akhirnya menguasai keterampilan tersebut. Proses regenerasi alami ini memastikan bahwa tradisi kerajinan bambu tidak akan punah.Produk-produk yang dihasilkan pun sarat dengan nilai budaya. Besek, misalnya, hingga kini masih menjadi pilihan utama sebagai wadah hantaran dalam acara-acara adat seperti kenduri (selamatan) atau pernikahan, karena dianggap lebih ramah lingkungan dan memiliki nilai estetika tradisional yang tidak tergantikan oleh kemasan modern. Dengan demikian, setiap anyaman yang dihasilkan oleh warga Sekarteja bukan hanya produk dagangan, melainkan juga penjaga tradisi.

Tantangan dan Inovasi di Era Modern

Di tengah kemajuan zaman, industri kerajinan bambu Desa Sekarteja menghadapi tantangan yang signifikan. Gempuran produk-produk rumah tangga berbahan plastik yang diproduksi massal dengan harga lebih murah menjadi ancaman terbesar. Produk plastik menawarkan kepraktisan, meskipun tidak ramah lingkungan dan tidak memiliki nilai budaya.Tantangan lainnya ialah dalam hal inovasi desain. Produk yang dihasilkan cenderung monoton dan bersifat tradisional, sehingga kurang menarik bagi segmen pasar modern atau kaum urban yang mencari produk dengan sentuhan desain kontemporer. Selain itu, fluktuasi harga bahan baku bambu dan pemasaran yang masih banyak bergantung pada tengkulak menjadi kendala dalam meningkatkan kesejahteraan para pengrajin.Namun di balik tantangan tersebut, terbentang peluang besar. Tren global menuju produk ramah lingkungan (eco-friendly) dan berkelanjutan (sustainable) membuka ceruk pasar baru bagi kerajinan bambu. Untuk menangkap peluang ini, inovasi menjadi kunci. Para pengrajin, dengan dukungan pemerintah desa, dapat mengembangkan produk-produk turunan yang lebih modern, seperti kap lampu, hiasan dinding, nampan saji kafe, atau kemasan produk premium yang unik.Pemanfaatan platform e-commerce dan media sosial dapat menjadi jembatan untuk memasarkan produk secara langsung kepada konsumen akhir, memotong rantai tengkulak, dan meningkatkan keuntungan. Pengembangan Desa Sekarteja sebagai "Kampung Wisata Edukasi Bambu," di mana pengunjung dapat belajar langsung proses menganyam, juga merupakan potensi besar yang dapat mengintegrasikan sektor pariwisata dengan ekonomi kreatif.Sebagai kesimpulan, Desa Sekarteja adalah bukti bahwa identitas dan kemakmuran sebuah desa dapat mekar dari sumber daya yang paling sederhana sekalipun. Anyaman bambu bukan hanya sekadar produk, melainkan jalinan antara ekonomi, budaya, dan kehidupan sosial. Masa depan "Bunga Cahaya" dari Adimulyo ini bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi, berinovasi, dan memasarkan warisan budayanya agar tetap relevan dan bersinar di tengah perubahan zaman.